Centralinfomationasean.com-14/10/2024-Opini, Hari ini saya akan bertolak ke Jawa Timur untuk memenuhi undangan seminar di Ponpes Sidogiri. Temanya mengingatkan saya pada nasihat guru saya sekitar 10 tahun yang lalu. Dosen saya bilang begini sama anak muridnya di kelas.
“Anakku, kalau kamu ingin jadi orang berilmu, maka dalamilah ilmu logika dan ilmu kalam.”
Sudah tak terhitung berapa kali saya mengutip nasihat berharga ini. Baik di tulisan maupun beberapa ceramah yang saya sampaikan kepada para mahasiswa. Ya, kalau Anda mau meningkatkan level keilmuan Anda, dua ilmu itu memang perlu Anda dalami sebaik mungkin. Dulu saya sempat bertanya-tanya: kenapa sih harus menyebut dua ilmu itu aja, seolah2 ilmu lain jadi nggak penting? Ungkapan itu sebetulnya tidak dimaksudkan untuk menafikan pentingnya ilmu yang lain.
Dua ilmu itu disebut karena isinya adalah fondasi utama dari seluruh keilmuan Islam. Seolah-olah guru saya mau bilang, kalau Anda mau menguasai khazanah keislaman, ya perkuat dulu fondasinya. Dan memang faktanya begitu. Dua ilmu itu, kalau kita telaah, isinya adalah kaidah-kaidah. Bukan hanya butir2 keimanan! Sayangnya, di sebagian masyarakat Indonesia, dua ilmu ini justru kurang mendapatkan perhatian. Konsekuensinya, pikiran-pikiran aneh itu cepet “laku” di negeri kita. Apalagi di dunia maya.
Orang jadi gampang terpukau dengan pikiran2 yang terlihat “baru”. Apalagi jika dikemas dengan istilah-istilah mentereng. Padahal ulama kita sudah membahasnya sejak belasan abad yang lalu. Di Sidogiri, saya yakin akan berjumpa dengan santri-santri hebat dan ustad2 berbakat. Saya akan berada di sana sampai tanggal 18. Monggo bagi yang mau ngajak ngopi. Sambil diskusi dan bertatap muka.
Sidogiri ini tergolong pesantren Modern dan keren. Total santrinya yang ada di pusat sekitar 13 ribu.
Belum termasuk cabang. Santrinya cerdas-cerdas.
Dari cara mereka bertanya saja sudah terlihat kalau mereka ini ditempa oleh metode keilmuan Islam yang matang.
Yang saya Kagumi dari mereka ialah konsistensinya melawan pikiran-pikiran yang menyimpang.
Udah gitu tema seminarnya tentang Ilmu Kalam. Ya sudah nyetel lah itu. Bagi saya, generasi seperti inilah sebetulnya yang harus diperhatikan oleh para pemangku kekuasaan.
Di zaman serba instan seperti sekarang, mereka yang udah pondok belasan tahun ini kadang diabaikan oleh sebagian masyarakat kita. Lalu siapa yang didengar? Yang didengar adalah konten kreator. Walau asal usulnya nggak jelas sekalipun. Yang penting uraiannya menarik, asyik dan beda yang lain.
Giliran milih dokter aja teliti betul. Kalau pengajar agama justru dipilih sembarangan. Yang penting sesuai selera! Padahal agama itu justru nggak cuma berguna di dunia. Tapi juga berguna sampai alam akhirat.
Siapakah yang bisa jadi “penyelamat” umat dari mental sakit semacam itu.
Ya siapa lagi kalau bukan mereka ini. Mereka yang sejak awal Santri dididik dengan khazanah keilmuan Islam yang berlimpah, diberikan fondasi yang kokoh, membaca literatur primer, dilatih dengan cara yang ketat, dan mengaji kepada para ahlinya, sehingga yang terlahir adalah kepala yang bisa berpikir dengan matang. Bukan mulut yang gampang membicarakan segala hal.
(MZ.Kamal/Sholihul)