Centralinfomationasean.com-15/10/2024-Opini, Hal yang di awal renaisans di Eropa dulu, ditolak dari agama adalah aspek-aspek dari agama yang memungkinkan kelindan, selingkuhan antara institusi agama dan institusi (kekuasaan) negara.
Pada Prinsipnya Sekularisasi pada praktiknya meminggirkan peran-peran institusi agama yang gampang ‘berselingkuh’ tadi. Dan Bisa dibayangkan bila ‘kekuasaan dunia akhirat mengumpul di satu pihak, bagaimana mungkin aspirasi atau kebutuhan pihak yang berbeda ( dari penguasa) diakomodir, apalagi kritik.
Sejarah menjelaskan, ada suasana yang membuat masyarakat waktu itu ‘kapok’ dan curiga pada yang berbau agama.
Bila sebelum jaman ini semua gagasan harus menyesuaikan dengan dogma keagamaan, sebagai protes dan kritik berkembang paham yang menaikkan posisi manusia sebagai mahluk yang punya pikiran sebagai penentu, semua hal tidak harus ditentukan dogma .
Pikiran dan penalaran oleh oaham ini dianggap hakim yang memutuskan valid, sah tidaknya pengetahuan dan apa yang disebut kebenaran haruslah sesuatu dapat dibuktikan.
Bila tidak dapat dibuktikan, dianggap nonsense.
Dalam semangat kritik cara pikir ini, pengetahuan juga harus bebas dari orientasi nilai baik-buruk yang dulu ditentukan oleh institusi yang memiliki kuasa atas dogma. Tidak bebas nilai dianggap menghambat pertumbuhan ilmu lengetahuan, selain bahwa nilai -nilai dianggap sesuatu yang dianggap subyektif, abstrak dan tradisional.
Orang baru mulai mempertanyakan paham ini ketika pengetahuan tentang inti atom dipraktikkan menjadi senjata pemusnah masal yang menghancurkan kota Hiroshima dan Nagasaki dan penduduknya.
Rasa berdosa itu pun muncul, dan perbincangan debat apakah sebaiknya ilmu pengetahuan dan teknologi dikembangkan dengan bebas nilai atau berpihak pada kehidupan kembali mencuat.
Perkembangan ilmu fisika-kimia biologi itu sendiri yang memaparkan keterbatasan nalar dan pikiran manusia yang sangat tergantung pada pengalaman dalam ruang dan waktu.
Revolusi industri hasil perkembangan sains dan teknologi juga menghasilkan penjarahan dan kolonialisasi, awal dari penindasan dan pemiskinan bangsa-bangsa yang dikalahkan.
Lingkungan hidup di bumi, sebagaimana disebut oleh Mahatma Gandhi mengutip Weda, ” semua yang ada bumi ini cukup untyk seluruh umat manusia, kecuali bagi yang serakah’, sebagaimana juga al Quran menyinggung ‘ Kami ciptakan kehidupan di muka bumi sebaik-baiknya, tapi manusia merusaknya’ ( al ayat). Bahkan siklus air pun beribah, salah satu rentetan dari perubahan iklim.
Sebagaana manusia yang hidup saling tergantung demikian pula pepohonan akar-akarnya saling menopang sambil menopang lagi kehidupan lain yang kecil-kecil yang umumnya luput dari perhatian manusia.
Alam pikir modern yang memusatkan diri pada kepentingan diri manusia, tidak mengenal kata cukup.
Dalam alam pikir serba material ini, umumnya manusia mwrasa eksis bila banyak memiliki, dan untuk itu butuh mengeksploitasi bukan hanya sumber daya alam, bahkan sesama manusia demi kepwmil8kan tak terbatas.
Bumi makin kehilangan daya untuk memulihkan diri, tapi manusia masih merasa berhak mengekspoitasi dan tak sadar menghancurkan tempat tinggalnya sendiri.
Banyak umat beragama juga terjebak dalan alam pikir modern yang materialistik. Spiritualitas yang dulu dihidupi agama-agama seolah padam, karena ruh beragama yang menuntun manusia melampaui keduniawian hilang bersama lenyapnyanya spirit dalan sikap kritus, mwngambil jarak dari pikir dan sikap materialistik.
Betapa pun alam pikir modern menganggap agama-agama adalah hal yang tidak membanggakan karena disifati sebagai tradisional, tapi mempunyai aspek merawat dimensi batin.
Sesuatu yang orang modern merasakan kekeringan, bahkan oleh kesibukan mengumpulkan dan mengumpulkan, justru menimbulkan perasaan terasing, teralienasi dalam dunianya sendiri
Aspek batin yang dirawat melalui agama-agama adalah kesadaran keterhubungan dengan semua yang hidup baik yang ada di bumi maupun yang melampaui realitas yang kapasitas nalar tidak mampu menampungnya. Mencegah keserakahan mestinya jadi kontribusi agama-agama dan kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa, diskusikan ini bersama para pegiat dapat dilihat di
Link zoom flyer.
( Sholihul)