Centralinfomationasean.com-17/10/2024- Tembok Besar Cina, yang dikenal dalam bahasa Mandarin sebagai “Chang Cheng” (长城), merupakan salah satu keajaiban dunia yang paling mengagumkan.
Dibangun untuk melindungi wilayah Cina dari serangan suku-suku nomaden dari utara, seperti Xiongnu, Hun, dan Mongol, struktur pertahanan ini membentang sepanjang lebih dari 21.000 kilometer, dari daerah Jiayuguan di Provinsi Gansu sampai daerah Shanhaiguan di Provinsi Hebei.
Walaupun pembangunannya dimulai sejak abad ke-7 SM, periode paling signifikan dari konstruksi ini berlangsung pada masa Dinasti Qin (221–206 SM) dan Dinasti Ming (1368–1644). Namun, di balik kehebatannya sebagai karya arsitektur militer, terdapat berbagai legenda yang mengiringi keberadaannya, menciptakan perpaduan antara fakta sejarah dan cerita rakyat yang mempesona.
Awal Pembangunan,
Tembok Besar tidak dibangun dalam satu fase tunggal, melainkan melalui beberapa dinasti yang memperluas dan memperbaiki bagian-bagian tertentu. Qin Shi Huang, kaisar pertama dari Dinasti Qin, memerintahkan penggabungan dan penguatan tembok-tembok pertahanan yang lebih tua untuk melindungi kerajaannya dari ancaman Xiongnu.
Dalam sejarah, disebutkan bahwa ratusan ribu buruh, yang terdiri dari petani, narapidana, dan tentara, dipaksa bekerja dalam kondisi yang sangat keras untuk membangun tembok ini. Ribuan dari mereka meninggal, sehingga muncullah pepatah, “Setiap batu di Tembok Besar adalah kuburan seorang pekerja.”
Tembok ini tidak hanya berfungsi sebagai benteng pertahanan, tetapi juga sebagai simbol kekuasaan dan kontrol. Kaisar Dinasti Qin sangat khawatir akan ancaman invasi dari utara, sehingga memprioritaskan pembangunan struktur yang bisa membentengi wilayahnya secara masif. Seiring berjalannya waktu, Dinasti Han, Sui, dan terutama Ming, melakukan renovasi besar-besaran terhadap tembok ini, menciptakan struktur batu dan bata yang kita kenal sekarang.
Salah satu legenda paling terkenal yang berhubungan dengan Tembok Besar Cina adalah kisah Meng Jiang Nu. Diceritakan bahwa suaminya, Fan Qiliang, dipaksa bekerja sebagai buruh dalam pembangunan Tembok Besar oleh Kaisar Qin Shi Huang. Setelah mendengar kabar bahwa suaminya telah meninggal di lokasi pembangunan, Meng Jiang Nu melakukan perjalanan panjang untuk menemukan jasadnya. Saat ia tiba di depan tembok, ia menangis dengan sangat pilu. Tangisannya yang tak terhentikan begitu menyentuh hingga menyebabkan bagian dari tembok itu runtuh, memperlihatkan jasad suaminya.
Legenda ini menggambarkan penderitaan para pekerja yang dipaksa dan kerasnya hidup pada masa pembangunan Tembok Besar. Dalam versi lain, kisah ini menjadi bentuk perlawanan simbolik terhadap kekejaman Kaisar Qin Shi Huang, yang sering dianggap sebagai penguasa tiran yang tidak memiliki belas kasih.
Salah satu klaim paling terkenal tentang Tembok Besar Cina adalah bahwa struktur ini dapat dilihat dari bulan. Mitos ini sudah lama beredar dan bahkan diajarkan dalam buku pelajaran di beberapa negara.
Namun, para ahli telah membuktikan bahwa ini adalah salah paham. Astronot pertama yang menginjakkan kaki di bulan, Neil Armstrong, tidak pernah menyebutkan bahwa Tembok Besar bisa terlihat dari luar angkasa. Meskipun tembok ini sangat panjang, lebar dan warnanya yang serasi dengan lingkungan sekitarnya membuatnya sulit dikenali, bahkan dari orbit rendah Bumi.
Makna simbolik ,
Tembok Besar Cina memiliki makna simbolik yang sangat dalam bagi masyarakat Cina. Selain sebagai benteng militer, ia dianggap sebagai simbol persatuan dan ketekunan, serta bukti nyata kecerdasan teknik dan kemampuan organisasi bangsa Cina pada masanya. Namun, keberhasilan tembok dalam melindungi Cina dari invasi sering diperdebatkan oleh para sejarawan. Banyak serangan dari utara, terutama oleh bangsa Mongol di bawah pimpinan Genghis Khan pada abad ke-13, berhasil menerobos tembok ini. Di sisi lain, beberapa sejarawan berpendapat bahwa Tembok Besar tidak pernah dirancang untuk benar-benar menghentikan invasi secara total, melainkan untuk memperlambat pergerakan musuh dan memberi waktu bagi pasukan kekaisaran untuk merespons.
Banyak bagian Tembok Besar yang telah mengalami kerusakan atau hilang seiring berjalannya waktu. Meski begitu, penemuan arkeologis baru terus memberikan wawasan tentang bagaimana tembok ini dibangun dan digunakan. Salah satu temuan menarik adalah keberadaan “tembok-tembok bayangan” atau tembok yang lebih kecil yang dibangun di belakang Tembok Besar. Struktur ini diduga berfungsi sebagai pertahanan lapis kedua, menambah lapisan perlindungan bagi tentara yang ditempatkan di wilayah tersebut.
Namun, tidak semua setuju tentang skala proyek ini. Beberapa ahli mempertanyakan apakah seluruh bagian tembok yang ditemukan benar-benar merupakan bagian dari jaringan pertahanan, atau jika sebagian dari tembok-tembok itu dibangun sebagai struktur perbatasan yang memiliki fungsi administratif, bukan militer. Kontroversi ini masih diperdebatkan oleh arkeolog hingga saat ini.
Tembok Besar Cina saat ini dianggap sebagai simbol nasional dan warisan budaya dunia yang tak ternilai harganya. Pada tahun 1987, UNESCO menetapkannya sebagai Situs Warisan Dunia. Selain berfungsi sebagai daya tarik wisata utama, tembok ini juga menjadi lambang dari daya tahan dan ketahanan manusia dalam menghadapi tantangan.
Meski tidak selalu berhasil dalam mempertahankan kekaisaran dari serangan asing, Tembok Besar tetap menjadi monumen sejarah yang menginspirasi banyak generasi.
( Sholihul, Sumber : berbagai Literatur)