Centralinfomationasean.com-di Patiayam, Kudus, Jawa Tengah. Penelitian ini dipimpin oleh Prof. Truman Simanjuntak, pakar prasejarah senior yang kini juga mengepalai lembaga CPAS (Centre for Preshistory and Austronesian Studies), Yayasan Pusat Studi Prasejarah dan Austronesia.
Pada masa purba, Gunung Patiayam merupakan daratan yang terpisah dengan Pulau Jawa. Gunung ini diapit pulau lain di sisi utaranya—yang sekarang menjadi Gunung Muria—dan di selatannya—kini Pegunungan Kendeng. Sejauh ini Patiayam menyimpan artefak batu yang melimpah dan fauna yang tidak ditemukan di situs lainnya.
“Situs Patiayam penting karena kekayaan fosil kandungannya (hewan dan manusia purba), termasuk peralatannya yg dibuat dari batu. Situs ini menjadi lebih menarik lagi, karena lokasinya—bersama Gunung Muria—yang terisolasi dari daratan Jawa pada masa itu.”
Truman menambahkan tentang keunikan situs ini, “Biasanya erectus memilih wilayah hunian di daerah aliran sungai seperti Bengawan Solo, tapi di Patiayam tidak ada sungai besar, kecuali sungai kecil yang sebagian besar musiman. Situs ini juga lebih jarang dibicarakan jika dibandingkan dengan situs Sangiran, Trinil, Ngandong, dan lain-lain.”
Para peneliti yang terlibat: Retno Handini, Ruly Fauzy, Sofwan Noerwidi, Harry Octavianus, Mirza Ansori, Unggul Prasetyo, Ferry Fredy Kawur, Ngadiran, dan pakar biomolekuler Wuryantari, serta mahasiswa Departemen Arkeologi FIB-UGM. Mereka juga dibantu tenaga lokal yang berpengalaman dalam penelitian arkeologi. Mereka melakukan eskavasi di beberapa lokasi yang akan berlangsung sampai 21 Januari 2024.
Sederet foto yang dihimpun oleh fotografer Feri Latief pada hari ketiga penelitian:
1. Fosil fauna yang ditemukan di Situs Patiayam
2. Alat batu yang ditemukan di Situs Patiayam
3. Perkakas yang dibuat dari tulang fauna
4. Fosil atau perkakas yang digunakan manusia tampak tersingkap dari longsoran tanah di Situs Patiayam
5. Salah satu lokasi ekskavasi tim Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra BRIN .
(Sholihul)