Idealisasi Humaniter , Ngopi Bareng Tokoh di Nasi uduk Juanda

banner 120x600
banner 468x60

Jakarta ,Realitas ekonomi Indonesia hari ini yang sedang terpuruk menjadi penggugah Sri Eko Sriyanto Galgendu berinisiatif merintis wisata kuliner malam di kawasan Juanda, Jakarta. Dan selaku Pemimpin Spiritual Nusantara rasa tanggung jawab seorang pemimpin itu, tidak cuma cukup diucapkan, tetapi harus diwujudkan- nyatakan dalam perbuatan, tandasnya.

Dalam kiprah lain, sebelumnya Sri Eko Sriyanto Galgendu ikut merintis GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) bersama Gus Dur dan Paku Buwono XII serta KH. Muhammad Habib Chirzin di Solo. Ia pun menyebut falsafah keraton Jawa, tentang

banner 325x300

Sabdo Pandito Ratu,

tan keno wola wali. Sehingga secara filosofi, apa yang dikatakan itulah yang harus dilakukan. “Tak bisa mencla-mencle”, katanya seperti sore kedele esok dadi tempe.

Begitulah dorongan awalnya merintis usaha wisata kuliner malam di kawasan Juanda, Jakarta Pusat yang tampak mulai menggeliat. Sejumlah tokoh pun mulai banyak menyambangi Food Truck Wedangan yang menyajikan menu khas Nusantara, seperti wedangan jahe dalam berbagai varian hingga nasi uduk dengan lauk burung punai goreng yang renyah. Bahkan ada juga telor puyuh panggang yang menemani tahu dan tempe goreng yang khas dengan sambel spesial yang memberi jaminan akan sangat mengesankan.

Menu sajian unggulan Wedangan Uduk Mabes ini dikendalikan sepenuhnya oleh Wowok Prastowo, staf khusus Sri Eko Sriyanto Galgendu yang mempunyai banyak kegiatan dan aktivitas seperti menginisiasi Forum Lintas Agama, Forum Negarawan hingga Forum Indonesia Damai yang terdiri dari seluruh pemuka agama hingga berkenan memberinya gelar sebagai Pemimpin Spiritual Nusantara.

Cita-cita GMRI sendiri memang ingin berupaya untuk menyatukan kembali kekuatan Majapahit dan Demak sebagai simbol dari kebersamaan antara langit dan bumi. Demikian ungkap Sri Eko Sriyanto Galgendu dalam acara obrolan santai di Wedangan Uduk Mabes kawasan Juanda Jakarta Pusat, Selasa malam, 17 September 2024. Tampak juga Kanjeng Bios Abiyoso bersama rombongannya ikut bergabung dengan Anton Manurung yang juga diiringi segenap sahabat dan koleganya dengan mengusung topik pembicaraan Ikhwal Nation and Character Building yang berbasis pada Pancasila. Tentu saja pembicaraan makin menghangat setelah ditimpali wedang jahe susu murni panas. Sayangnya, Prof. Yudhie Haryono dan muridnya tak bisa terus bergabung sampai akhir acara kongkow yang mengasyikkan ini.

Nation and character building menurut Anton Manurung harus kembali diperkuat, karena sangat diperlukan untuk menata kehidupan berbangsa dan bernegara kita, tandasnya. Karena nation and character building merupakan sumber kekuatan dari penggerak untuk terus menjalankan Trisaksi. Yaitu kedaulatan politik,kemandirian ekonomi dan kepribadian bangsa yang berbudaya.

Pancasila yang digali dari nilai-nilai luhur suku bangsa Nusantara — yang kemudian disepakati menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia — menjadi menarik untuk digali lebih dalam lagi makna kandungannya, kata Sri Eko Sriyanto Galgendu, karena Pancasila terkesan tidak lagi memiliki data pikat yang kuat bagi generasi muda jaman Noe bahkan nyaris segenap warga bangsa Indonesia yang tampak semakin tersuruk asyikmasuk dalam budaya kapitalistik.

Acara ngobrol santai ini dihadiri Kanjeng Bios Abiyoso dan rombongannya ditemani Herman, Cholik, Prof. Yudhie Haryono dan muridnya serta sahabat dan kerabat Anton Manurung dan ditemani langsung oleh Sri Eko Sriyanto Gangendu sendiri sampai tengah malam. Sebab dari kesimpulan pembicaraan, esensi Pancasila tidak lagi terlalu penting digunjingkan, sebab yang paling mendesak adalah mengimplementasikan dalam perilaku dan perbuatan yang nyata.

Pecenongan, 17 September 2024

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *