Centralinformationasean.com,28/11/2024) Tradisi, Tarian Tradisional “Hudoq Kiba” adalah sebuah tarian yang menceritakan tentang pelaksanaan sebuah ritual adat masyarakat Dayak Kenyah pada zaman dahulu yang bertujuan untuk mengusir roh-roh jahat, penyakit kutukan dan menolak bala dari pemukiman masyarakat Dayak kenyah. Semua penari udoq kiba adalah gadis belia yang harus bersih dan suci pikiran lahir dan bathin.
Dalam penyajian ritual adat ini ternyata salah satu dari penari udoq kiba yang menari bersama teman-temannya menyimpan dendam dan iri hati kepada teman-temannya, sehingga jiwanya dirusak oleh roh kegelapan yang membuat dia menjadi udok kiba yang jahat dan ganas dan bahkan menjadi pengganggu. Melihat kondisi ini sangat memprihatinkan, teman-teman Hudok Kiba yang lain melakukan ritual untuk memanggil dewa Bangun malan yang merupakan dewa pujaan Dayak Kenyah.
Mendengar panggilan dari penari udok kiba yang baik, yang disampaikan melalui ritual, maka turunlah sang dewa Bangun malam dari langit untuk mengusir udok kiba yang jahat dan ganas ini dari muka bumi, ia pun menjadi katakutan dan lari dari bumi sehinggar bumi pun menjadi tentram, aman dan damai. ”
Rapat Damai Suku Dayak di Desa Tumbang Anoi dengan tuan rumah Kepala Suku Dayak Ot Danum yang berusia 73 Tahun yaitu Damang Batu, selama 2 bulan dari tanggal 22 Mei – 24 Juli 1894.
Rapat tersebut dihadiri 152 Suku dari seluruh wilayah Pulau Borneo dengan jumlah 1.000 orang. Peserta rapat terdiri dari Kepala-kepala Suku Dayak dan Pejabat Kolonial Belanda.
Ada 3 Pejabat Kolonial Belanda yang hadir waktu itu ( catatan Damang Pijar) :
1. Asisten Residen Hoky dari Banjarmasin
2. Kapten Christofel dari Kuala Kapuas
3. Letnan Arnold dari Kuala Kapuas.
Setelah Rapat Damai Suku Dayak tersebut tidak pernah lagi ada perang antar suku dayak maupun berburu Kepala dan perbudakan dalam tatanan kehidupan suku Dayak.
Desa Tumbang Anoi saat ini masuk wilayah Kabupaten Gunung Mas Provinsi Kalimantan Tengah. ”
( Sholihul)