Centralinformationasean.com,30/11/2024, Resensi,Achirnja terbit djuga buku jang sudah sangat lama dinanti ini: biografi Amir Sjarifoeddin. Penulisnya, Rudolf Mrázek (jang lari dari Praha menghindari kekuasaan komunis), menulis bahwa kehebatan Amir terungkap dalam delapan bahasa, bahasa Batak, Belanda, Melajoe-Indonesia, Djerman, Inggris, Prantjis, Latin dan Junani. Kedelapan bahasa itu ditulis dan dilafalkan dengan aksen. Amir singgah lama dalam kata2, seperti dia lama singgah di stasiun jang dilaluinya.
Goresan pena menawan, ditambah sampul depan sketsa karja Henk Ngantung jang tak kalah menawannja, tapi ternjata, ini antiklimaxnja, harga buku ini membelalakkan mata, lebih dari sekedar menawan. Sjukurnja itu tjuman pada pandangan pertama, lantaran pada penelitian lebih landjut ada bentuk lain buku ini jang harganja tidak semahal versi teratas itu. Dengan harga jang lebih rendah begitu, aku berharap bisa selekas mungkin membatjanja.
Oh ja, setelah batja kata pengantar (klik tautan di bawah) djadi inget satu hal: mendjelang achir hidupnja Ben Anderson pernah berudjar dia berniat menekuni Batak. Tentu sadja setelah sebelum itu, sepandjang karier akademisnja dia sepenuhnja menekuni Djawa, dengan minimal satu tulisan klasik »gagasan kekuasaan dalem budaja Djawa». Tapi sajang dia keburu tutup usia. Dengen biografi Amir ini, Mrázek sepertinja meneruskan tjita cita oom Ben untuk menekuni budaja dan tradisi Batak.
(Sholihul)