Centralinformationasean.com, 24/12/2024, Pengetahuan, Kutipan Joyce Carol Oates ini menyoroti kekuatan unik membaca dalam memungkinkan seseorang melampaui batasan dirinya. Melalui membaca, kita tidak hanya memahami kata-kata, tetapi juga merasakan pengalaman, emosi, dan perspektif dari penulis maupun tokoh-tokoh dalam cerita.
Proses ini ibarat menyelinap ke dalam “kulit” orang lain—seolah-olah kita hidup dalam dunia mereka, berbicara dengan suara mereka, dan memahami apa yang mereka rasakan.
Pernyataan Rick Holland, “Dunia ini milik mereka yang membaca,” menyiratkan bahwa membaca adalah kunci untuk memahami, menguasai, dan membentuk dunia.
Membaca tidak hanya sekadar aktivitas pasif, melainkan sebuah alat untuk memperoleh pengetahuan, melatih imajinasi, dan memperluas wawasan.
Mereka yang membaca memiliki akses ke gagasan-gagasan besar, sejarah panjang peradaban, dan peta kemungkinan masa depan.
Membaca membuka pintu untuk memahami cara kerja dunia—baik dalam hal ilmu pengetahuan, budaya, hingga dinamika sosial.
Dalam penguasaan ini, para pembaca menjadi pemilik dunia, karena mereka memiliki kemampuan untuk memengaruhi dan membentuk realitas.
Lebih jauh, membaca bukan hanya tentang informasi, tetapi juga tentang membangun empati dan kreativitas. Orang yang membaca dapat melihat dunia dari berbagai sudut pandang, memungkinkan mereka menciptakan solusi inovatif dan membangun hubungan yang lebih mendalam dengan orang lain. Dengan kata lain, mereka yang membaca tidak hanya mewarisi dunia, tetapi juga memiliki kekuatan untuk memperbarui dan memimpinnya.
Ini menarik karena membaca menjadi sebuah jembatan empati. Kita sering kali secara tak sengaja terbawa oleh alur cerita atau argumen yang mungkin bertentangan dengan pandangan awal kita. Dalam ketidakberdayaan ini, kita menemukan kebijaksanaan: bahwa setiap orang memiliki kisah yang layak dipahami.
Pada akhirnya, membaca bukan hanya aktivitas intelektual, tetapi juga pengalaman transformasional yang memperluas cakrawala kita dan memperkaya kemanusiaan kita. Bukankah itu alasan mengapa kita sering merasa menjadi orang yang berbeda setelah membaca sebuah buku yang menyentuh jiwa.
( Sholihul)