Fenomena Kejawen, Fenomena Spiritual Dari Budaya Jawa

banner 120x600
banner 468x60

Centralinformationasean.com, 28/12/2024, Spiritual, Di tengah hiruk-pikuk klaim kebenaran, spiritualitas lokal seperti Kejawen, Kapitayan, Sunda Wiwitan, atau Kaharingan tetap berdiri, tidak dengan kekuatan kata-kata, tetapi dengan laku.

Ini bukan tentang perbandingan. Bahkan, membandingkan spiritualitas lokal dengan agama konvensional adalah seperti membandingkan langit dengan bangunan.

banner 325x300

Langit tidak terjangkau, tetapi ia bisa dirasakan kekuatan dan ketinggiannya.

Bangunan mungkin tinggi dan megah, tetapi ia butuh fondasi untuk berdiri. Seperti agama konvensional, terutama agama Samawi, berakar pada doktrin, teks suci, dan simbol. Sementara spiritualitas lokal hanya menjalani apa yang disebut dengan kasunyatan—sebuah kebenaran yang mengalir melalui kehidupan, bukan sekedar wacana.

Dengan keberadaan ini: Kejawen tidak sibuk menafsirkan Tuhan karena Tuhan ada dalam setiap daun yang jatuh, setiap hembusan angin. Kapitayan tidak berdebat tentang konsep surga karena mereka tahu bahwa harmoni dengan alam adalah surga itu sendiri.

Sunda Wiwitan tidak memisahkan yang sakral dan yang duniawi karena bagi mereka, semuanya adalah bagian dari kesatuan besar.

Ketika agama konvensional sibuk menjanjikan surga esok hari, spiritualitas lokal menciptakan surga di sini dan sekarang.

Dan inilah bagian yang sering tidak dipahami, spiritualitas lokal bukanlah “agama.” Mereka adalah cara hidup, refleksi dari hubungan manusia dengan alam dan semesta.

Spiritualitas lokal adalah cermin yang terlalu jujur. Ia menunjukkan bahwa kebijaksanaan tidak butuh dogma, bahwa harmoni tidak butuh institusi, dan bahwa kebenaran tidak butuh pengakuan.

Spiritualitas lokal telah menemukan sesuatu yang masih Agama cari: kebijaksanaan yang lahir dari kasunyatan, bukan ambisi untuk diakui.

( Sholihul)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *