Centralinfomationasean.com-Yogyakarta, Kami mengisi peringatan hari perdamaian internasional dengan mendengarkan ceramah Rama Magnis Suseno tentang kemunduran demokrasi di Indonesia.
Indonesia mengalami kemunduran dalam berdemokrasi.
” Bila ada yang mengatakan ‘Indonesia tidak baik-baik saja’, itu pernyataan yang terlalu sopan. …Tidak ada partai yang menyuarakan kepentingan pedagang-pedagang di pinggir jalan, orang-orang yang tinggal di bantaran sungai.
Orang-orang partai banyak yang mengabdi pada oligarki sehingga DPR pun tidak lagi menyuarakan kepentingan rakyat.
Di luar dugaan mahasiswa masih bergerak dan berhasil mematahkan usaha yang hampir saja menjadi penghianatan terhadap hukum. Dan demo itu tidak hanya di Jakarta tapi di banyak kots …demo-demo terjadi di mana pun karena semua saluran aspirasi tidak bekerja…” ( demikian potongan kutipan-kutipan)
Satu ungkapan yang sangat tajam adalah terkait “Papua adalah luka yang terbuka dalam kehidupan berbangsa”.
Kita masyarakat di luar wilayah ini mendapat informasi yang sangat sedikit tentang apa yang terjadi di sana dan bisa jadi informasi itu pun sudah ‘diedit’, sehingga mereka sering dasalahpahami, persoalan mereka dipandang sebelah mata dan cenderung disalahkan. Demokrasi tidak bermakna apa-apa bagi masyarakat yang dirugikan.
Sekalian acara dilanjutkan dengan menyerahkan buku yang ditulis untuk guru (edisi revisi) terbitan Pappirus yang salah satu pemberi endorsemennya adalah Romo Magnis. Pemberi endorsemen yang kain adalah Prof. Amin Abdullah, Kyai M. Imam Axiz, dan Prof. Tabita Kartika Christiani.