Centralinfomationasean.com-18/10/2024)Sejarah , Hikayat Banjar adalah naskah berbahasa Melayu yang diperkirakan selesai ditulis pada 1663 M pada era kesultanan Banjar, dalam isinya memuat tentang keruntuhan Majapahit karena “huru-hara”, menariknya isi Hikayat Banjar lebih banyak memiliki kemiripan dengan sumber-sumber primer Portugis (1500an M) daripada dengan Babad Tanah Jawa (1722 M) ;
– Disebutkan nama Patih Maudara, nama Patih ini juga muncul di sumber Hikayat Portugis, disebutkan sebagai Pate Amdura di Suma Oriental dan Pateudra di Book of Duarte Barbossa
– Disebutkan tentang Puteri Pasai sebagi istri Raja Majapahit, hal ini mirip dengan penjelasan di The Commentaries of Afonso d’Alboquerque (1557 M) yang menyebutkan bahwa Raja Pasai adalah kerabat Raja Jawa
Teks Lengkap:’
Adapun Patih Maudara itu sudah mati dan Raja Majapait itu sudah mati, maka Puteri Pasai yang jadi isteri Raja Majapait itu turun berdiam ke Ampel Gadang itu lalu bertobat ia itu masuk pila agama Islam dengan saudaranya yang bernama Raja Bungsu itu.
Maka Negeri Majapait sesaat yakni semahyang haru-hara itu, maka orang di dalam negeri habis lari, ada yang ke Tuban, ada yang ke Madura, ada yang ke Sedayu, ada yang ke Sandang, ada yang ke Demak, ada yang ke Pucung Dasar, banyak tiada tersebut orang itu masing-masingnya berdiam barng tempatnya itu.
Bermula Negeri Jawa itu semuanya Islam tetapi mula-mula Islam itu desanya yang hampir lawan Ampel Gadang, sudah itu maka Jipang, sudah itu maka Geresik dan Surabaya dan Demak, maka Kudus, sudah itu maka Negeri Jawa yang lain-lain itu masuk Islam itu, banyak tiada tersebutkan.
Adapun zaman itu yang kemudian daripada itu zaman Negeri Majapait yang besar kerajaannya itu Negeri Demak zaman Sultan Demak itu bernama Sultan Surya Alam raja yang mengarang Kutara bernama Kota Rakamaya itu masyhur pada Negeri Jawa akan mebicarakan tahta negeri karena Kutara itu meambil daripada hukum fiqih, banyaklah tiada tersebut.
Kesultanan Banjar memiliki akar yang berasal dari Kerajaan Negara Daha, Menurut Naskah Cerita Turunan Raja Banjar Dan Kotawaringin (Hikayat Banjar Resensi I) sebuah kerajaan Hindu-Buddha yang berdiri di wilayah yang sekarang menjadi bagian dari Kalimantan Selatan, Indonesia. Kesultanan Banjar berkembang dari pengaruh dan pemberontakan terhadap Kerajaan Negara Daha pada abad ke-15. Pemberontakan tersebut dipimpin oleh Raden Samudera, yang kemudian menjadi Sultan pertama Kesultanan Banjar dengan gelar Sultan Suriansyah. Kesultanan Banjar kemudian menjadi salah satu pusat kekuasaan yang kuat di Kalimantan Selatan selama berabad-abad.
1. Asal Usul Kesultanan Banjar: Kesultanan Banjar berasal dari Kerajaan Negara Daha, sebuah kerajaan Hindu-Buddha yang berkuasa di wilayah Kalimantan Selatan pada abad ke-14 dan ke-15.
2. Pemberontakan: Pada abad ke-15, terjadi pemberontakan terhadap Kerajaan Negara Daha yang dipimpin oleh Raden Samudera. Pemberontakan ini dipicu oleh ketidakpuasan terhadap pemerintahan dan kebijakan kerajaan sebelumnya.
3. Sultan Suriansyah: Raden Samudera, setelah berhasil mengalahkan Kerajaan Negara Daha, mendirikan Kesultanan Banjar dengan dirinya sendiri sebagai Sultan pertama, dengan gelar Sultan Suriansyah. Inilah awal dari Kesultanan Banjar yang mandiri.
4. Perkembangan KESULTANAN BANJAR : Setelah berdirinya Kesultanan Banjar, wilayah kekuasaannya berkembang pesat dan mencakup sebagian besar wilayah Kalimantan Selatan. Kesultanan Banjar menjadi salah satu pusat kekuasaan yang kuat di pulau Kalimantan selama berabad-abad.
Dengan demikian, Kesultanan Banjar memiliki akar yang berasal dari Kerajaan Negara Daha, tetapi berkembang menjadi entitas politik dan budaya yang mandiri dengan kekuasaan yang luas di wilayah Kalimantan Selatan.
Pada tanggal 11 Juni 1860, perjuangan Kesultanan Banjar saat Belanda menghapuskan kedaulatan mereka. Pasukan kolonial mulai berkumpul di sekitar perbatasan, siap untuk melancarkan serangan terhadap kesultanan yang telah lama menjadi pusat kekuasaan dan kebudayaan,markas belanda di martapura dan banjarmasin
Pasukan kolonial mulai membakar desa-desa yang terletak di sepanjang perbatasan kesultanan. Api menjilat-ratakan rumah-rumah tradisional, dan teriakan putus asa memenuhi udara saat penduduk berusaha melarikan diri dari amukan kebakaran. lautan api terus meluas di sepanjang perbatasan Kesultanan Banjar. Desa demi desa hancur menjadi abu, meninggalkan jejak kehancuran yang memilukan. Para pejuang dan wali kesultanan melakukan segala upaya untuk melawan serangan tersebut, tetapi kekuatan kolonial yang superior terlalu kuat untuk, Istana yang megah terbakar menjadi runtuhan, dan harta serta artefak berharga hancur terbakar.
Lautan api telah merenggut segalanya, meninggalkan kesedihan dan keputusasaan di hati para penduduk yang tersisa.
Namun, meskipun kesultanan itu hancur, semangatnya tetap hidup dalam cerita dan yang diceritakan dari generasi ke generasi. Mereka mungkin telah kehilangan kedaulatan fisik, tetapi warisan budaya dan semangat perlawanan mereka tetap abadi dalam ingatan dan hati para keturunan Kesultanan Banjar.
Sungguh tragis memikirkan betapa kejamnya masa itu. Bagaimana para pejuang dan wali Kesultanan Banjar berjuang dengan keras hanya untuk melihat kedaulatan dan warisan budaya mereka dihancurkan. Peristiwa tersebut memang bisa membuat kita merasa histeris dan memahami kepedihan yang mereka alami. saat penduduk berusaha melarikan diri dari amukan kebakaran. lautan api terus meluas di sepanjang perbatasan Kesultanan Banjar. Desa demi desa hancur menjadi abu, meninggalkan jejak kehancuran yang memilukan. Para pejuang dan wali kesultanan melakukan segala upaya untuk melawan serangan tersebut, tetapi kekuatan kolonial yang superior terlalu kuat untuk ditahan.
Pada tahun 3 maret 1862, sultan dan wali sultan di asingkan ke batavia lalu di pindahkan ke Ciankur jawa barat perjuangan Kesultanan Banjar dengan pahit. Istana yang megah terbakar menjadi runtuhan, dan harta serta artefak berharga hancur terbakar. Lautan api telah merenggut segalanya, meninggalkan kesedihan dan keputusasaan di hati para penduduk yang tersisa.
Namun, meskipun kesultanan itu hancur, semangatnya tetap hidup dalam cerita dan yang diceritakan dari generasi ke generasi. Mereka mungkin telah kehilangan kedaulatan fisik, tetapi warisan budaya dan semangat perlawanan mereka tetap abadi dalam ingatan dan hati para keturunan Kesultanan Banjar. Sungguh tragis memikirkan betapa kejamnya masa itu. Bagaimana para pejuang dan wali Kesultanan Banjar berjuang dengan keras hanya untuk melihat kedaulatan dan warisan budaya mereka dihancurkan. Peristiwa tersebut memang bisa membuat kita merasa histeris dan memahami kepedihan yang mereka alami.
PAHLAWAN DARI BANJAR.
Mamgkubumi Pangeran Ratu Anom Wirakusuma II Wali Sultan Banjar 1857-1862 & Demang Lehman
Kerajaan Banjar merupakan salah satu kerajaan terbesar dan paling berpengaruh di Kalimantan Selatan, Indonesia. Wilayahnya meliputi sebagian besar wilayah Kalimantan Selatan, termasuk daerah sekitar Sungai Martapura.
Bekas peninggalan kerajaan ini dapat ditemukan di beberapa lokasi di sekitar provinsi Kalimantan Selatan, terutama di sekitar wilayah Banjarmasin, ibu kota provinsi tersebut.
Demang Lehman, Pangeran Mangkubumi Pangeran Ratu Anom Wirakusuma II Wali Sultan Banjar 1857-1862 layak diabadikan dalam narasi sejarah:
1. Peran dalam Perlawanan:
Demang Lehman, Pangeran Mangkubumi Pangeran Ratu Anom Wirakusuma II Wali Sultan Banjar 1857-1862 terlibat dalam perlawanan terhadap penjajah Belanda, menunjukkan keberanian dan keteguhan dalam mempertahankan kemerdekaan dan martabat bangsa.
2. Kepemimpinan dan Pengaruh:
Demang Lehman, Pangeran Mangkubumi Pangeran Ratu Anom Wirakusuma II Wali Sultan Banjar 1857-1862 memiliki peran yang signifikan dalam memimpin dan memobilisasi masyarakat setempat untuk melawan penjajah, memberikan inspirasi dan dukungan bagi mereka yang berjuang untuk kemerdekaan.
3. Kontribusi pada Masyarakat:
Selain peran Demang Lehman, Pangeran Mangkubumi Pangeran Ratu Anom Wirakusuma II Wali Sultan Banjar 1857-1862 dalam perlawanan, Demang Lehman, Pangeran Mangkubumi Pangeran Ratu Anom Wirakusuma II Wali Sultan Banjar 1857-1862 juga memiliki kontribusi yang berarti dalam membangun dan memperkuat masyarakat lokal, baik secara ekonomi maupun sosial.
4. Representasi Kebudayaan dan Identitas Lokal:
Pengakuan terhadap Demang Lehman, Pangeran Mangkubumi Pangeran Ratu Anom Wirakusuma II Wali Sultan Banjar 1857-1862 juga penting dalam melestarikan dan menghormati warisan budaya dan identitas lokal mereka, yang merupakan bagian integral dari sejarah dan kebanggaan bangsa.
5. Pelajaran Berharga:
Mengabadikan kisah Demang Lehman, Pangeran Mangkubumi Pangeran Ratu Anom Wirakusuma II Wali Sultan Banjar 1857-1862 dalam sejarah akan memberikan pelajaran berharga bagi generasi sekarang dan yang akan datang tentang pentingnya perjuangan, kesetiaan, dan keberanian dalam menghadapi penindasan dan penjajahan.
– Demang Lehman layak diabadikan dalam narasi sejarah karena peran dan kontribusinya dalam perlawanan terhadap penjajah Belanda.
Peran dan Kontribusi perang Banjar:Demang Lehman:
– Sebagai pemimpin lokal, ia memimpin masyarakat setempat dalam perlawanan, menunjukkan keberanian dan keteguhan dalam mempertahankan kemerdekaan dan martabat bangsa.dalam perlawanan dengan keberanian dan keteguhan yang luar biasa, menginspirasi generasi berikutnya.
– Kontribusinya tidak hanya dalam perlawanan, tetapi juga dalam membangun dan memperkuat masyarakat lokal, baik secara ekonomi maupun sosial.Selain mengorganisir perlawanan, dikenal karena upayanya dalam membangun solidaritas dan kesatuan di antara penduduk lokal untuk melawan penindasan.
– Nilai perjuangannya mencakup semangat kebebasan, keadilan, dan pengabdian kepada tanah air, yang merupakan landasan penting bagi kemerdekaan Indonesia.
Peran dan Kontribusi perang Banjar:Pangeran Mangkubumi Pangeran Ratu Anom Wirakusuma II Wali Sultan Banjar 1857-1862:
– Pangeran Mangkubumi Pangeran Ratu Anom Wirakusuma II Wali Sultan Banjar 1857-1862 adalah simbol perlawanan bangsawan terhadap penjajah Belanda, dan layak diabadikan dalam sejarah.
– Pangeran Mangkubumi Pangeran Ratu Anom Wirakusuma II Wali Sultan Banjar 1857-1862 layak diabadikan dalam narasi sejarah karena peran dan pengaruh beliau dalam perlawanan terhadap penjajah Belanda.
– Sebagai tokoh aristokrat, beliau memberikan inspirasi dan dukungan bagi masyarakat untuk berjuang demi kemerdekaan.beliau memberikan inspirasi dan kepemimpinan yang kritis dalam memobilisasi masyarakat untuk perlawanan, menunjukkan pengorbanan dan keteguhan yang luar biasa.
– Kontribusi beliau tidak hanya terbatas pada aspek militer, tetapi juga dalam memperkuat identitas lokal dan membangun kesadaran nasional, dalam memperkuat kesadaran nasional dan semangat persatuan di antara bangsa Indonesia.
– Nilai perjuangan beliau mencakup semangat patriotisme, kepemimpinan yang adil, dan semangat untuk mencapai kemerdekaan serta keadilan bagi semua rakyat Indonesia.
– Wali Sultan Banjar 1857- 1862 Pangeran Wirakusuma Pangeran Ratu Abdurrahman adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah Banjar,
sebuah kerajaan di Kalimantan Selatan, Indonesia. Dia dikenal sebagai pejuang yang gigih dalam Perang Banjar pada abad ke-19. Pada masa itu, kerajaan Banjar berada dalam situasi konflik yang intens dengan Belanda yang ingin menguasai wilayah tersebut.
– Wali Sultan Banjar 1857- 1862 Pangeran Wirakusuma Pangeran Ratu Abdurrahman merupakan salah satu pemimpin militer yang berani dan berbakat dalam mengorganisir pertahanan Banjar.Dia memimpin pasukan Banjar dalam pertempuran melawan pasukan kolonial Belanda. Meskipun menghadapi tekanan dan tantangan yang besar, Wali Sultan Banjar 1857- 1862 Pangeran Wirakusuma Pangeran Ratu Abdurrahman bersama dengan pejuang-pejuang Banjar lainnya berusaha keras untuk mempertahankan kedaulatan dan kebebasan tanah air mereka.
– Perjuangan Wali Sultan Banjar 1857- 1862 Pangeran Wirakusuma Pangeran Ratu Abdurrahman dan para pejuang Banjar lainnya dalam Perang Banjar memperlihatkan semangat dan tekad yang kuat untuk melawan penjajahan dan menjaga kemerdekaan wilayah mereka. perjuangan mereka tetap diingat sebagai bagian dari sejarah dan warisan perlawanan terhadap penjajahan.
– Wali Sultan Banjar 1857- 1862 Pangeran Wirakusuma Pangeran Ratu Abdurrahman adalah seorang tokoh penting dalam sejarah Banjar,
sebuah kerajaan di Kalimantan Selatan, Indonesia. Pada tanggal 3 Maret 1862, Wali Sultan Banjar 1857- 1862 Pangeran Wirakusuma Pangeran Ratu Abdurrahman diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda ke Cianjur, Jawa Barat. Ini merupakan bagian dari upaya Belanda untuk mengendalikan dan mengurangi pengaruh para pemimpin lokal yang dianggap sebagai ancaman terhadap kekuasaan kolonial mereka.
– Wali Sultan Banjar 1857- 1862 Pangeran Wirakusuma Pangeran Ratu Abdurrahman diasingkan 3 maret 1862 karena peran serta aktifnya dalam perlawanan terhadap kekuasaan Belanda di Banjar. Sebagai seorang wali dan tokoh terkemuka di Banjar, ia memimpin perlawanan terhadap upaya-upaya Belanda untuk menguasai wilayah tersebut. Namun, upaya-upaya tersebut tidak berhasil, dan akhirnya Belanda mengambil tindakan keras dengan mengasingkan Pangeran Wirakusuma ke Cianjur.
– Meskipun diasingkan, Wali Sultan Banjar wafat 6 juni 1901 Pangeran Wirakusuma Pangeran Ratu Abdurrahman tetap mempertahankan semangat perlawanan dan tekadnya untuk melawan penjajahan Belanda.
Meskipun terpisah dari tanah airnya, warisannya sebagai pejuang dan pembela kemerdekaan Banjar tetap dikenang dan dihormati oleh masyarakat setempat. Peristiwa pengasingan ini merupakan bagian penting dari sejarah perlawanan terhadap penjajahan Belanda di Kalimantan Selatan.
Pangeran Mangkubumi Pangeran Ratu Anom Wirakusuma II: adalah Putra Raja Pangeran Ratu Abdurrahman bin Sultan Adam Bin Sultan Sulaiman rahmatulah bin sultan Tahmidulah II KESULTANAN BANJAR kalimantan selatan indonesia
Lebih dari itu, Pangeran Wirakusuma juga menjadi motivator dan inspirator bagi pasukannya. Dengan kata-kata yang penuh semangat, beliau mampu menggerakkan hati dan jiwa para prajuritnya, membangkitkan semangat perjuangan dalam diri mereka. Bersama-sama, mereka siap menghadapi segala rintangan demi melindungi tanah air mereka.
Di setiap pertempuran, Pangeran Wirakusuma selalu berada di garis depan, memimpin pasukannya dengan keberanian dan keteguhan hati. Kepahlawanan mereka dalam menghadapi musuh yang kuat dan keberanian mereka dalam menghadapi tantangan menjadi inspirasi bagi generasi selanjutnya.
Pengaruh Pangeran Wirakusuma tidak hanya dirasakan oleh masyarakat Banjar, tetapi juga meluas ke seluruh Indonesia. Namanya diabadikan sebagai simbol kepahlawanan dan keteguhan dalam menghadapi penjajah, menginspirasi banyak orang untuk meneladani semangatnya dalam menjaga dan mempertahankan tanah air. Warisannya dalam mempertahankan kemerdekaan dan memperjuangkan keadilan terus mengilhami generasi-generasi berikutnya.
Kisah perjuangan dan pengaruh Pangeran Wirakusuma tetap hidup dalam sejarah Banjar dan Indonesia secara keseluruhan. Namanya terukir sebagai pahlawan yang tidak hanya berani dalam pertempuran, tetapi juga mampu membawa perubahan positif dalam masyarakat dan memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi. Sebagai pahlawan sejati dan simbol perlawanan terhadap penjajah, Pangeran Wirakusuma akan selalu dihormati dan diingat sebagai teladan bagi kita semua.
Beberapa situs bersejarah yang masih ada dan terkait dengan Kerajaan Banjar antara lain:
1. Istana Kesultanan Banjar: Istana ini merupakan kediaman resmi Sultan Banjar dan pusat pemerintahan kerajaan. Saat ini, beberapa bekas bangunan istana telah direstorasi dan dijadikan objek wisata sejarah.
2. Makam Kesultanan Banjar: Makam-makam para sultan dan tokoh penting kerajaan Banjar dapat ditemukan di beberapa lokasi di sekitar Banjarmasin. Makam-makam ini sering menjadi tempat ziarah dan menjadi peninggalan sejarah yang penting.
3. Museum Wasaka & Lambung Mangkurat: Museum Wasaka di Banjarmasin merupakan tempat yang menyimpan berbagai artefak dan benda bersejarah terkait dengan Kerajaan Banjar, seperti pakaian adat, peralatan kerajaan, dan dokumen-dokumen sejarah.
4. Situs-situs Arkeologi: Beberapa situs arkeologi di sekitar Kalimantan Selatan juga telah mengungkapkan peninggalan sejarah Kerajaan Banjar, seperti artefak-artefak tembikar dan struktur bangunan kuno.
Meskipun banyak peninggalan sejarah yang masih dapat ditemukan, beberapa di antaranya mungkin telah terkubur atau rusak karena faktor alam atau aktivitas manusia. Namun, upaya pelestarian dan pemulihan terus dilakukan untuk menjaga warisan bersejarah ini agar tetap dapat dinikmati dan dipelajari oleh generasi mendatang.
Pangeran Mangkubumi Pangeran Ratu Anom Wirakusuma II, lahir pada tanggal 19 Agustus 1822, adalah wali sultan Banjar yang menjadi kepala pemerintahan berkuasa. Beliau memerintah dari tanggal 3 November 1857 hingga 3 Maret 1862, dan wafat pada tanggal 6 Juni 1901. Beliau diakui sebagai Pahlawan Banjar Kalimantan Selatan.
Peran Pangeran Wirakusuma dalam Perang Banjar sangatlah penting. Pada masa-masa awal perang melawan penjajah Belanda, beliau muncul sebagai tokoh utama yang memimpin perlawanan.
Sebagai Wali Sultan Banjar Kerajaan Banjar, beliau memiliki tanggung jawab besar untuk melindungi kedaulatan tanah airnya. Pangeran Wirakusuma tidak hanya menjadi pemimpin, tetapi juga seorang strategis yang ulung. Beliau merancang strategi perang yang cerdas, memanfaatkan pengetahuannya tentang medan dan kekuatan musuh untuk merencanakan serangan yang efektif.
Dengan mengakui dan mengabadikan peran serta kontribusi beliau, kita dapat memastikan bahwa warisan mereka tetap hidup dan dihargai oleh generasi mendatang, serta memberikan inspirasi bagi perjuangan masa depan.
(Sholihul,Sumber: Berbagai Tulisan)