Centralinfomationasean.com-22/10/2024-Opini, “Manu, Rsi Parasurama itu kan seorang brahmana, meskipun sakti dan gemar mengalahkan para kaum kesatria. Sehingga dia hanya mau menerima murid dari kaum brahmana sejati pula.”
“Karna yang ketahuan menyamar sebagai brahmana saat belajar kepadanya, bahkan dikutuk kehilangan ilmu pada saat berperang mengalahkan kesatria Pandawa.”
“Nah, kenapa seorang brahmana seperti Rsi Parasurama, awatara Wisnu pula, justru boleh membunuh para kesatria? Bukankah pendeta atau brahmana itu dilarang membunuh?”
Joko Kendal pagi-pagi terusik hatinya. Manu tersenyum oleh kritisnya pikiran Joko Kendal.
“Joko, kau bisa membaca maknanya dari sudut yang lain. Seorang yang hendak belajar pada kaum brahmana untuk menjadi brahmana, tentu juga akan belajar ilmu kesaktian atau kawisesan.
Ilmu perang. Namun tujuan utamanya adalah untuk mencapai ilmu kawiwekan atau kebijaksanaan.”
“Nah, menjadi murid kaum brahmana harus siap mengalahkan sifat, hasrat, dan ambisi jiwa kesatria dalam diri. Harus berani memerangi dan mengatasi dorongan kesatria dalam diri yang mementingkan harta, tahta, dan cinta.”
“Jika telinga atau Karna ingin mendapat ilmu kesaktian, tetapi enggan meraih ilmu kebijaksanaan, hanya demi meraih kemenangan diri, maka itu bukanlah tujuan utama belajar kepada Rsi Parasurama sebagai brahmana guru. Ia akan terkutuk oleh sang guru.”
Mendengar penjelasan Manu, pemikiran Joko pun mulai terbuka.
(dr Wayan Mustika)