Centralinfomationasean.com-20/10/2024-Resensi , Buku sejarah sosial Medan ini mengkaji tentang peran elit Tionghoa dalam perkembangan kota, dari pemukiman kecil menjadi pusat keuangan dan ekonomi yang penting. Dasar perkembangan Medan adalah ekonomi perkebunan di Sumatra Timur yang berpenghasilan besar, tetapi ada sisi gelap dari kesuksesan ekonomi, yaitu kondisi kerja para buruh di perkebunan.
Dari studie ini Dirk Aedsge Buiskool mendapat gelar Ph.D. di Universitas Utrecht, Belanda.
Penulis: Dirk Aedsge Buiskool
Penerbit: UGM Press
Tebal: 390 Halaman
Rp. 156.000
Mengurai Perjuangan buruh yang keras mengakibatkan banyak terjadinya pelanggaran hak asasi manusia yang berarti industri perkebunan dapat dicap sebagai model konflik.
Berbeda dengan keadaan di perkebunan, perkembangan perkotaan justru ditandai dengan suasana yang relatif harmonis. Salah satu alasan yang penting merupakan peran elit Tionghoa ini, model konflik perkebunan tersebut tidak berlaku di Kota Medan.
Buku ini menggambarkan kebangkitan Kota Medan, karakteristik bis nis Tionghoa, kehidupan sosial (kedudukan perempuan, agama, pendidikan, layanan kesehatan, dan hiburan), serta politik dan pers Tionghoa Medan. Dalam semua bidang ini, terlihat peran 9 tokoh Tionghoa selama periode 1890-1942.
Beberapa pertanyaan utama di studi ini , bagaimana mereka dapat mencapai status sosio-ekonomi tersebut dan apakah peran mereka di Kota Medan? Bagaimana posisi mereka dalam hal pendidikan, kegiatan budaya, dan layanan kesehatan? Apa kontribusi mereka kepada masyarakat? Bagaimana hubungan dengan tanah air Tiongkok? Peran dan pengaruh mereka tidak hanya terbatas pada komunitas Tionghoa, tetapi juga menjangkau kelompok etnis lain, terutama melalui filantropinya.
Di Medan, kelompok etnis yang berbeda jelas hidup secara terpisah, tetapi pada saat yang sama, mereka hidup bersama secara hannonis. Sembilan orang Tionghoa terkemuka telah berperan penting dalam hal ini.