Masuk Dunia Spiritual ‘ ala Gus Muwafiq”,Masuk dunia kiai itu ada problem-problem yang orang sering problem ” invisible hand”

banner 120x600
banner 468x60

Centralinfomationasean.com-22/10/2024-Opini, Menurut Muwafiq di dalam dunia kiai itu ada problem-problem yang orang sering menyebut bahasanya problem invisible hand (tangan tak terlihat). Tugas itu di antaranya bagian membaca wirid (wiridan) dan berdzikir.

Gus Muwafiq bercerita, dulu ketika dirinya masih menjadi mahasiswa di UIN Sunan Kalijaga Yogayakarta, ada seorang bernama Agus Wiarto yang merupakan kawan karib Gus Dur. Dia mengatakan bahwa Gus Muwafiq dicari Gus Dur.

banner 325x300

Setelah sempat meragukan, ternyata memang benar-benar dicari. Setelah bertemu, akhirnya Gus Muwafiq disuruh berangkat ke Pulau Besar, Malaka, Malaysia, untuk wiridan.

“Tak pikir ditemenin, enggak tahunya cuman Gus Durnya balik, saya di sana. Di Pulau Besar itu ada makam gede,” cerita Gus Muwafiq, kepada Andi F. Noya, sambil menjelaskan bahwa di sana ada makam seorang wali.

“Cerita tentang wali ini kan hanya NU aja, makanya cerita ini kalau menjadi cerita publik kan jadi lucu juga. Apalagi cerita yang orang enggak percaya wali, gitu. Ini kalau di kalangan NU khas, dan itu biasa aja,” sambungnya, sebelum melanjutkan lebih jauh.

Gus Muwafiq mengisahkan, bahwa di Pulau Besar, Malaka, ada makam wali bernama Syekh Ismail yang merupakan keturunan keempat Syekh Abdul Qodir Jaelani.

“Syekh Abdul Qodir Jaelani itu sulthanul auliya, rajanya para wali. Mungkin kalau dalam bahasa Mas Andi, Santo lah ya,” imbuhnya, mencoba memahamkan lawan bicara.

Melihat lawan bicara mengangguk-anggukkan kepala mencoba memahami, Gus Muwafiq kembali menegaskan soal eksistensi wali.

“Nah, ini kan sesuatu yang hari ini memang menjadi sangat rumit ketika dibicarakan, karena ini wilayah-wilayah yang sangat, dalam pandangan positivistik ini kan, enggak realis. Itu makanya, hal-hal seperti ini ketika disampaikan ke ruang publik, ada yang happy-happy aja, ada yang ‘ah itu ngomong apa,’ memang ini sebenarnya wilayah-wilayah tersembunyi, karena wali itu tidak akan mengerti kecuali wali, dan itu hanya bahasan-bahasan santri,” jelasnya.

“Berapa lama Anda di Malaka?” tanya presenter berkepala plontos itu.

“Ya sehabisnya Asmaul Husna itu. Asmaul Husna kan 99, ya sebanyak itu harinya,” jawab Gus Muwafiq.

Dalam kesempatan itu Kiai Gondrong itu juga memaparkan, bahwa ia jarang dipanggil Gus Dur, kecuali kalau soal “dunia lain” itu saja. “Jadi kalau ada Anda, berarti ada sesuatu?” kejar Andi.

“Ada sesuatu, gitulah, ‘Itu tanya aja Sleman.’ Jadi kalau ada sesuatu yang apa gitu, dipanggil, gitu aja. Jadi bukan yang resmi-resmi pakai jas, bukan,” jawab kiai yang identik dengan pakaian putih itu.

Cerita tentang wali ini kan hanya NU aja, makanya cerita ini kalau menjadi cerita publik kan jadi lucu juga. Apalagi cerita yang orang enggak percaya wali, gitu. Ini kalau di kalangan NU khas, dan itu biasa aja,” sambungnya, sebelum melanjutkan lebih jauh.

Gus Muwafiq mengisahkan, bahwa di Pulau Besar, Malaka, ada makam wali bernama Syekh Ismail yang merupakan keturunan keempat Syekh Abdul Qodir Jaelani.
Syekh Abdul Qodir Jaelani itu sulthanul auliya, rajanya para wali. Mungkin kalau dalam bahasa Mas Andi, Santo lah ya,” imbuhnya, mencoba memahamkan lawan bicara.

lawan bicara mengangguk-anggukkan kepala mencoba memahami, Gus Muwafiq kembali menegaskan soal eksistensi wali.

“Nah, ini kan sesuatu yang hari ini memang menjadi sangat rumit ketika dibicarakan, karena ini wilayah-wilayah yang sangat, dalam pandangan positivistik ini kan, enggak realis.

Itu makanya, hal-hal seperti ini ketika disampaikan ke ruang publik, ada yang happy-happy aja, ada yang ‘ah itu ngomong apa,’ memang ini sebenarnya wilayah-wilayah tersembunyi, karena wali itu tidak akan mengerti kecuali wali, dan itu hanya bahasan-bahasan santri,” jelasnya.

Berapa lama Anda di Malaka?” tanya presenter berkepala plontos itu.

“Ya sehabisnya Asmaul Husna itu. Asmaul Husna kan 99, ya sebanyak itu harinya,” jawab Gus Muwafiq.

Dalam kesempatan itu Kiai Gondrong itu juga memaparkan, bahwa ia jarang dipanggil Gus Dur, kecuali kalau soal “dunia lain” itu saja. “Jadi kalau ada Anda, berarti ada sesuatu?” kejar

Ya gitulah, ‘Itu tanya aja Sleman.’ Jadi kalau ada sesuatu yang apa gitu, dipanggil, gitu aja. Jadi bukan yang resmi-resmi pakai jas, bukan,” jawab kiai yang identik dengan pakaian putih itu.

(Sholihul)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *