Centralinfomationasewn.com-20/10/2024)Resensi, Buku ini seperti disiratkan oleh penulisnya, Edy Supratno, diniatkan untuk merobek mitos tentang siapa Djamhari, sang penemu kretek itu.
Suluh di ,buruhmembaca.com,harga 150.000.
Selama ini Haji Djamhari, begitu ia dikenal dalam literatur-literatur tentang rokok, tembakau, dan cengkeh, sering diceritakan sebagai salah seorang yang secara tak sengaja menemukan racikan tembakau dan cengkeh–yang kemudian hari kita kenal dengan rokok kretek–untuk mengobati penyakit dada sesaknya.
Penyakitnya sembuh, racikannya populer, dan menyebar seantero Nusantara.
Informasi tentang pria yang konon tinggal di Kudus ini sangat kikir. Berbeda dengan Nitisemito, pioner usahawan bisnis (rokok) kretek lain, ditulis dan diceritakan dengan gagah dan megah.
Benar-benar Djamhari dalam literatur rokok di anak-tirikan.
Ia di satu sisi dianggap seorang yang menemukan racikan kretek yang membuat kita bangsa Indonesia hari ini bisa dengan jumawa mengatakan pada bangsa lain: “Kami punya rokok sendiri”, namun di sisi lain ia dikenal sebagai sosok mitologis.
Siapa dia, dari mana ia, apa yang ia lakukan. Tak lebih dari cerita konon.
Buku ini adalah usaha pertama dan satu-satunya yang mampu merobek mitos tersebut.
Penulis bersama tim risetnya, Hasan Aoni dkk menceritakan sejengkal demi sejengkal betapa usaha menyingkap misteri “Siapa Djamhari” bukan kepalang gampang. Malah berdarah-berdarah dan menguras peluh.
Konteks Bacaan didahului Dari mulai menelisik data terkait dan keterangan awal di berbagai dinas-kantor, wawancara siapapun orang yang bisa meretas jalan awal, membolak-balik tumpukan jerami data di arsip nasional, sampai kunjungan kolaborasi perpus kampus, dan perpus daerah maupun nasional.
(Sholihul)