Centralinfomationasean.com-18/10/2024)Sejarah, Lukisan “Mawajeksa”, menggambarkan peristiwa berpindahnya pasukan Pangeran Diponegoro, diantaranya adalah pasukan Bulkiyo, dari Selarong menuju Dekso (dahulu juga disebut Jeksa), suatu tempat di seberang barat sungai Progo, dengan hamparan kaki Pegunungan Menoreh.
Dekso merupakan markas besar pasukan Diponegoro setelah markas Selarong diobrak abrik pasukan Belanda.
Tidak banyak artikel yang membahas tentang Dekso sebagai markas besar pasukan Pangeran Diponegoro, sehingga saya memutuskan harus mengunjungi Dekso, sebelum membuat lukisan ini. Di sana menjumpai hamparan batu nisan yang dipercaya sebagai makam pasukan Bulkiyo, yang merupakan pasukan elit Sang Pangeran.
Perjumpaan dengan batu-batu nisan
inilah yang menggerakkan saya untuk menggambarkan iring-iringan arwah para pasukan Bulkiyo, yang tengah mengawal Pangeran Diponegoro beserta pendukungnya, dengan latar landscape Pegunungan Menoreh yang menyala, gambaran membaranya masa-masa awal pecahnya perang Jawa.
Markas Dekso hanya bertahan 10 bulan ( November 1825 – Agustus 1826) karena sistem perang gerilya sebagai strategi perang, sehingga pasukan terus berpindah markas.
(Sholihul)