Centralinfomationasean.com-16/10/2024-Opini, Mengapa Ada orang memproduksi hoax?
Sebuah Pertanyaan di atas hanya bisa saya fahami logikanya dalam konteks pemerintah negara X ingin membuat kekacauan ke negara Y. Terlebih ketika negara X dan Y memang terlibat konflik, maka saya bisa memaklumi.
Namanya juga konflik, maka berbagai strategi digunakan untuk mengalahkan lawan. Genghis Khan adalah salah satu ahli perang yang suka menyebarkan issue kebengisan pasukannya ke kota-kota yang akan dilaluinya dan terbukti efektif membuat kota-kota menyerah tanpa perlawanan.
Namun fenomena di tanah air akhir-akhir ini tentang post truth, membuat saya bingung. Mengapa orang memproduksi hoax dan ditujukan ke sesama elemen bangsa sendiri.
Katakankah hoax disebar dalam konteks pemilu/pilkada, lalu apa yang diharapkan jika kemenangan salah satu calon akibat hoax?
Ketika orang mudah percaya dengan hoax maka dapat dipastikan yang bersangkutan tidak melakukan check and recheck saat dia menerima berita.
YbS mungkin juga tidak mencerna dengan common sense terkait berita yang diterima. Tentu saja kalau orang mudah percaya hoax, maka proses pengambilan keputusannya pasti juga bermasalah, mengingat ada prinsip “garbage in garbage out”.
Bagaimana mungkin anda akan mengambil keputusan yang tepat saat anda mempercayai informasi yang keliru (dalam hal ini hoax)
Bayangkan kemudian jika ternyata banyak orang yang “hoaxable” di masyarakat, bukankah ini upaya memperburuk tingkat “pendidikan” atau “rasionalitas” masyarakat? Ketika masyarakat mudah percaya hoax (hoaxable) di saat itu kita tahu tingkat “pendidikan” atau “rasionalitas” masyarakat rendah. Pada titik ini idealnya kita sudah prihatin dan berusaha meningkatkan “kecerdasan kehidupan bangsa”. Namun masalah jadi lebih kompleks ketika kita faham masyarakat hoaxable, lalu justru kita memproduksi hoax lebih banyak. Bukankah ini justru memperburuk tingkat “pendidikan” atau “rasionalitas” masyarakat.
Jika begitu, lalu bagaimana dengan komitmen kita berbangsa untuk salah satunya “mencerdaskan kehidupan bangsa”? Kalaupun seorang kandidat pemilu/pilkada menang akibat hoax, apakah kemenangan itu “berkah”, wong rakyatnya semakin parah dengan sisi “rasionalitasnya”.
Bukankah akan lebih sulit untuk membangun daerah/negara ketika masyarakatnya “berpendidikan” rendah daripada ketika rakyatnya “berpendidikan” tinggi? .
Lalu apa sebenarnya motif memproduksi hoax untuk membangun bangsa sendiri? Jujur saja saya tidak faham, Untuk inilah Saya menulis barangkali ada yang faham ,lalu menulis dan menjawab tantangan ini .
(Sholihul)