Prof. Sedijatmo Penemu Fondasi Cakar Ayam Orang Asli R I.

banner 120x600
banner 468x60

Centralinfomationasean.com”20/10/2024-Iptek, Adalah Prof. Ir. R.M. Sedyatmo merupakan penemu sistem arsitektur infrastruktur yang dikenal dengan pondasi cakar ayam. Foto: Istimewa
Jakarta – Fondasi cakar ayam adalah salah satu inovasi teknik bangunan yang kini banyak digunakan karena kekokohannya.

Tidak hanya di Indonesia, fondasi ini juga sudah diterapkan di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Inggris.
Yang menarik, fondasi ini sebenarnya merupakan hasil karya seorang insinyur asal Indonesia, Prof. Ir. Sedijatmo. Ia berhasil menciptakan fondasi cakar ayam pada tahun 1962 ketika bekerja di PLN.

banner 325x300

Penemuannya bermula dari tugas besar yang harus diselesaikan saat memimpin proyek pembangunan Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Tanjung Priok. Saat itu, Prof. Sedijatmo menghadapi masalah besar: tiang-tiang transmisi listrik untuk Asian Games 1962 harus dipasang di atas tanah lunak di daerah Ancol.

Target Waktu semakin mepet, dan metode fondasi yang biasa dipakai dinilai kurang cocok untuk kondisi tanah tersebut.

Saat ia sedang berpiknik dengan keluarganya di pantai Cilincing, Jakarta Utara. Saat melihat pohon kelapa yang kokoh berdiri di tanah berpasir meski berakar serabut, ia mendapat inspirasi.

Prof. Sedijatmo menyadari bahwa akar serabut yang “mencengkeram” tanah secara luas ternyata lebih efektif menahan pohon daripada akar tunjang yang panjang dan langsung mencapai tanah keras.

Dari situ lahirlah ide untuk membuat fondasi yang menyerupai akar serabut.

Sistem ini menggunakan pipa-pipa beton yang ditanam tegak dalam tanah dengan pelat beton di atasnya, menciptakan fondasi kuat yang mampu menopang beban besar.

Hasilnya, proyek transmisi listrik selesai tepat waktu, dan sistem fondasi cakar ayam pun menjadi solusi revolusioner.

Penemuan ini tidak hanya terbukti berhasil untuk proyeknya, hak paten penemuannya ini didaftarkan di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Prancis, Italia, dan Jerman.

Dilansir dari Himpunan Mahasiswa Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, sistem fondasi ini memiliki keunggulan seperti tidak memerlukan sistem drainase dan mampu menopang beban hingga 600 ton per kolom, serta bisa digunakan untuk fondasi pembangunan jalan.

(Sholihul)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *