Centralinfomationasean.com-22/10/2024-Opini, Pelukis gemar menatap gunung, hutan, dan hamparan sawah karena di situ ada jejak kehindaan.
Para penyair akrab meminjam danau, laut, dan awan demi merangkai romantisme hatinya.
Gerak-gerik atraktif alam menjadi sumber tarian bagi koreografer.
Dan bagi pejalan spiritual, langit, dan bumi adalah ruang-ruang keheningan darimana segala penciptaan semesta pernah berasal dan kelak kembali dalam pelukan kasih-Nya.
Tatkala kerinduan Jiwa pada Sang Pencipta mulai hadir, banyak yang kemudian berusaha mencari-Nya dalam rangkaian kata-kata.
Demia kerinduan yang sama, sebagian hati tekun memanggil nama-Nya dengan doa-doa.
Namun, disini-di buku ini-kita hanya butuh keheningan agar dapat ikhlas mendengar panggilan dari dalam kesunyian hati lewat kelembutan kata-kata-Nya; Saat Semesta Bicara.
Maka, jangan ragu untuk rindu dan membuka pintu hati karena Dia pun merindukan kita, ingin memeluk kita.
Dia telah lama menanti kita semua pulang ke rumah kesadaran.
Bahkan, Dia telah lama merangkum semua rasa itu dalam bahasa alam. Dia telah menanti kita di sini, untuk bercakap-cakap dengan-Nya dalam buku ini.
(Wayan M)