Centralinfomationasean.com-Sejarah, Tanggal 24 September 2024 kemarin saya di telpon untuk pulang ke Kebumen oleh ortu karena ada acara. Pagi menjelang siang saya sempatkan untuk Ziarah Buyut dari jalur ibu.
Ditemani udara yang sepoi-sepoi dan cuaca yang lumayan cerah saya meluncur ke Pesareyan beliau.
Pesareyan Buyut letaknya berdekatan dengan pesareyan Mbah Lancing yang terkenal dengan pesareyan yang banyak tumpukan jariknya.
Pesareyan buyut saya terletak di sebelah timur pesareyan Mbah Lancing. Sampai di depan pesareyan saya menemui Bapak Rojikun selaku juru kunci generasi ke-8.
Setelah izin saya dipersilahkan masuk, saya disambut dengan pohon manggis yang menurut pak Rojikun sudah lumayan lama tunbuh disitu. Saya langsung tahlil di Nisan Buyut saya.
Setelah selesai saya menghampiri beliau dan bertanya “makam paling tua yang sebelah mana pak?”.
Beliau langsung mengantar saya ke makam sebelah pojok paling utara.
Dengan ramah Beliau sambil berkata ini makam paling tua mas, beliau beliau yang dimakamkan disini itu ada tiga pasang yakni Kyai Wonodikromo 1 dan Nyai Wonodikromo 1, Kyai Wonodikromo 2 dan Nyai Wonodikromo 2, Kyai Wonodikromo 3 dan Nyai Wonodikromo 3.
Karena penasaran dengan perkataan terkait nama yang dikatakan beliau, akhirnya saya mendatangi nisan pernisan dan saya temukan memang di bagian bawah jiratnya ada tulisan sesuai nama yang pak Rojikun katakan.
Setelah ditunjukan makamnya saya ijin buat tahlil singkat.
Tidak hanya sampai disitu, beliau melanjutkan cerita sambil bilang “mas disebelahnya makam Wonodikromo ada makam yang masih sering di ziarahi yakni makam keluarga Mbah Abu Bakar, Mbah Zakaria, Mbah Abdul Majid, Mbah Tahir, Mbah Tafsir dan yang lainya.
Setelah selesai saya ijin buat mendokumentasikan makam tersebut, dan akhirmya beliau mengizinkan.
Sangat senang terasa karena bisa ziarah ke tempat tersebut dan sedikit banyak mendapatkan cerita tentang beliau yang di makamkan di Pesareyan Wonodikromo.
Dirasa sudah cukup saya pamit untuk pulang dan sambil berbisik insyaalloh” ngenjang kalo ada wekdal maleh kula ajeng mriki maleh pak, sambil salaman.
Alfatihah kagem Mbah Wonodikromo lan sederek engkang di sareake wonten pesareyan Wonodikromo”
Tutupnya dalam bahasa Jawa.
( Sam/ sholihul)