Centralimformationasean.com, 7/1/2025,Sejarah, Sejarah Lahirnya Seniman – seniman kesohor Balidwipa Sejak Abad Ke 9
Sugra Pekilun
Disamping sebagai Destinasi Wisata terkenal, Pulau Bali juga terkenal sebagai Rumah nya maestro – maestro Seni yang melegenda.
Seni Tari dan Kerawitan,
Di bidang Seni Tari dan Kerawitan, ada Maestro Tari yaitu I Wayan Limbak dari Desa Bedulu, Gianyar, bersama Seniman Jerman Walter Spies sekitar tahun 1930 menciptakan Tari Cak ( Kecak ) yang sangat terkenal sampai saat ini.
Tarian keCak terinspirasi dari Tari Sanghyang Jaran. Dengan hasil Karya Mereka, akhir nya membawa I Wayan Limbak dan Seniman – seniman dari Bali Pentas keliling Dunia. Photo – photo I Wayan Limbak pun terpasang di Museum – museum di Bali dan Luar Negeri.
Dan setelah Era nya Wayan Limbak, Seniman – seniman Bali secara inten menciptakan Tarian – tarian Bali baru dan melakukan Pertunjukkan di Manca Negara bahkan banyak yang menjadi Dosen Tari dan Kerawitan di Universitas terkenal Luar Negeri hingga saat ini.
Seni Lukis
Di bidang Seni Lukis, ada Pelukis kesohor yaitu I Gusti Nyoman Lempad dari Desa Bedulu dan pindah ke Ubud, Gianyar.
Beliau adalah Pelukis hebat dan juga bekerjasama dengan Seniman Jerman Walter Spies Sekitar Tahun 1925. I Gusti Nyoman Lempad juga aktif dalam pembentukan Pita Maha, suatu organisasi seni yang didirikan oleh Tjokorde Gde Agung Sukawati, Walter Spies, dan Rudolf Bonnet di tahun 1935. Karya – karya Beliau terpampang di Museum – museum dan bahkan di Museum – museum bergengsi Eropa seperti di Tropen Musium (Amsterdam), Rijkmuseum voor Volkenkunde (Leiden), Musium fur Volkenkunda Basel (Jerman). Saat ini, banyak Lukisan – lukisan Seniman Bali yang menjadi Koleksi di Rumah Kolektor Dalam Negeri dan Manca Negara.
Seni Patung
Di bidang Seni Patung, ada Pematung Ototidak dan hasil Karya Meditasi yaitu I Nyoman Tjokot dari Desa Sebatu, Gianyar. I Nyoman Tjokot lahir sebagai pematung atas kehendak Alam.
Tidak ada guru yang mengajari ia mematung, sesuai dengan namanya “Tjokot” yang berarti “ambil”, sehingga lahirlah aliran “tjokotisme”: Awalnya Beliau mematung dengan hanya “mengambil” sebongkah kayu yang ditemukan di aliran sungai kemudian instingnya bergerak mengikuti bentuk dan tekstur kayu. Panggilan alamlah yang menghantarnya menjadi pematung otodidak tulen.
Pada tahun 1960-an justru karya-karya Tjokot sudah dikenal di Amerika Serikat dan ia sudah disebut sebagai seorang maestro dalam bidang seni patung. Karya Beliau juga ditemukan di Filipina. Sikap konsisten sebagai pematung sejati ditunjukkan Tjokot hingga akhir hayat.
I Nyoman Tjokot menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan posisi tubuh sedang mematung. Saat ini, karya Patung Seniman Bali juga sudah banyak yang diboyong oleh Kolektor dan Tourist Manca Negara.
Salut
Buat I Wayan Limbak, I Gusti Nyoman Lempad, I Nyoman Tjokot dan Seniman – seniman Bali yang lainnya atas dedikasi nya dalam berkesenian.
Jejak Seniman – seniman bertalenta tinggi Pulau Bali bukan hanya terlacak Kemarin Sore.
Tapi
Jauh di masa lalu, lebih dari 1000 tahun yang lampau, Seniman – seniman Bali terutama di bidang Seni Pertunjukkan sudah tercatat dalam Prasasti seperti “ pamukul (penabuh gamelan), pagending (pesinden), pabunjing (penabuh angklung), papadaha (penabuh kendang), parbhangsi (peniup suling besar), partapukan (pertunjukan topeng), dan parbwayang (dalang), yang mana tercatat dalam Prasasti Bebetin A I ( Banua Bharu I A ) Lempeng II.b. Berangka tahun Saka 818. Tetapi sulit menemukan nama – nama Tokoh Seniman saat itu baik di bidang Seni Pertunjukkan maupun Seni Rupa.
Mpu Bga dan Mpu Kaki Nami
Di tengah sulitnya melacak nama – nama Maestro Seni Bali Kuna, ada Dua Seniman Bali Kuno yang tercatat di Prasasti Bali Kuno yaitu Seniman Patung termasyur pada zaman itu yang bernama Mpu Bga dan Mpu Kaki Nami.
Mpu Bga,
Mpu Bga Maestro Patung yang dipercaya oleh Penguasa Singhamandawa saat itu yang bergelar Haji Sajalu Stri. Mpu Bga juga diperkirkarakan sebagai seorang Citralekha ( Pejabat kerajaan yang bertugas menulis prasasti-prasasti resmi kerajaan ). Hasil karya Beliau terdapat di Pura Pucak Penulisan.
Mpu Bga pertama kali tercatat dalam Prasasti Penulisan A ( Gunung Panulisan I ) berangka tahun Saka 933, Raja yang bertahta adalah Raja Dharmmodayana Warmmadewa. Kutipannya sebagai berikut :
“ // ҫaka 933 wulan posa (ç)ukla (pra)t(i) (pā)da ṛěggas pasar wijayamaŋgala ta(tkā)lan sira mpu bga anataḥ // “
Terjemahan :
“ Tahun Saka 933 (1011 Masehi) bulan pausya (sasih kanem/6, bulan desember – januari) paruh terang, tanggal 1
hari pasaran wijaya manggala (hari pasaran beteng, dalam perhitungan tri wara), ketika itu
Mpu Běga memahat (arca/tulisan ini) “.
Prasasti ini merupakan Prasasti pendek pada bagian belakang arca perwujudan Bhatara-bhatari berpasangan, dengan stela di bagian belakangnya. Diperkirakan sebagai Arca perwujudan Raja Sri Dharma Udayana Warmadewa beserta permaisurinya Ratu Sri Gunapriya l, dalam sikap berdiri diatas lapik. Mpu Bga juga tertatah di Prasasti Penulisan B ( Gunung Panulisan II ).
Mpu Kaki Nami,
Setelah mangkatnya Raja Ratu Haji Sajalu Stri ( Sang Ratu Luhur Sri Gunapriya Dharmapatni dan Ratu Maruhani Sri Dharmmodayana Warmmadewa ), mulai Tahun Saka 944 Balidwipa dipimpim oleh Sang Ratu Sri Sang Adnyadewi, Beliau hanya memipim sebentar dan digantikan oleh Putra ke 2 Raja Ratu Haji Sajalu Stri yang mulai bertahta tahun itu juga ( Saka 944 ) yang bergelar Paduka Haji Sri Dharmmawangsa Wardhana Marakata Pangkaja Sthana Uttunggadewa.
Rupaya di era Raja Marakata Pangkaja, Mpu Bga masih menjadi Pematung handal.
Hasil Karya Beliau yaitu Patung yang terdapat di Pura Sibi Agung, Banjar Kesihan, Desa Lebih Gianyar. Tetapi saat itu Mpu Bga bukan sendirian berkarya. Melainkan ditemani oleh seorang Pematung yang bernama Mpu Kaki Nami, yang diperkirakan juga Seorang Citralekha.
Dalam Prasasti Kesihan A ( Pura Sibi I ) Saka 945 Nama Beliau berdua, Beliau abadikan dalam Goresan berupa Pahatan Inskripsi pendek pada belakang sandaran arca (stella) Siwa Mahaguru (Maharsi Agastya), dalam Prasasti Kesihan B ( Pura Sibi II ) Tahun Saka 948 berupa inskripsi pendek dibelakang sandaran arca (stela) Dewi Durgha Mahesasuramardhini, dalam Prasasti Kesihan C ( Pura Sibi III ) Tahun Saka 948 berupa inskripsi pendek pada sandaran belakang Arca Uma Maheswaramurthi (arca sepasang Dewa-Dewi). Sedangkan pada Prasasti Kesihan D ( Pura Sibi IV ) tanpa angka Tahun, Mpu Kaki Nami memahatkan nama nya sendiri ( tanpa Mpu Bga ) berupa inskripsi pendek pada belakang sandaran arca Siwa Mahadewa.
Tetapi yang unik yaitu adanya pahatan yang berbunyi “kaki nami krtāka om” ( “Kakek Nami, nama samaran, Selamat” ). Berarti nama yang Beliau pahatkan adalah nama samaran.
Keahlian olah Seni Orang Bali biasanya diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya.
Mungkin juga Mpu Kaki Nami adalah Generasi Penerus Mpu Bga, dengan pertimbangan adanya pahatan nama Beliau berdua di Patung tahun Saka 945, Saka 948. Sedangkan pada patung yang tanpa angka tahun, Mpu Kaki Nami hanya sendiri memahat Patung.
Dengan keahlian dan pengabdian Beliau Berdua, Beliau dianugrahi gelar “ Mpu “ yang dalam Kamus Bali Kuno berarti “ Tuan “.
Darimanakah Mpu Bga dan Mpu Kaki Nami berasal ? Apakah Beliau berasal dari desa Lebih, Gianyar ( Sekarang ) atau dari Desa Sekitar Pura Pucak Penulisan , Tentu sulit mencari asal Beliau, karena dalam Prasasti Bali Kuno, asal Wanua ( Desa ) Beliau memang tidak disebutkan.
Walaupun Karya Mpu Bga dan Mpu Kaki Nami sudah berusia lebih dari 1000 tahun, tetapi hasil karya Beliau masih ada sampai sekarang dan dilindungi.
Tokoh – tokoh Penari, Pelukis dan Pematung diatas, semuanya berasal dari Desa yang ada di Kabupaten Gianyar, ini mungkin ada hubungan nya dengan sebutan Gianyar sebagai Daerah Seni di jaman sekarang, dan memang sangat menonjol sampai sekarang. Itu semua karena regenerasi berjalan dengan elok.
Disamping Gianyar, Kabupaten dan Kota Madya di Bali juga banyak melahirkan Maestro Seni.
Lestarinya Seni di Bali tidak bisa dilepaskan dari adanya Tradisi Budaya yang ada di Bali terutama dalam hal “ Wali “ ( Persembahan ).
Seni pertunjukkan digelar saat ada Wali, Seni Rupa dibuat di Bangunan suci untuk dipuja dan sebagai Pendukung suasana Tempat Suci, Tempat berstana nya Dewa Dewi.
Sekali lagi
Salut dan hormat kepada Tokoh / tokoh diatas atas hasil karya yang adiluhung dan atas pengabdiannya.
Salut juga buat Pengurus Pura yang telah menjaga hasil karya yang sudah ada 1000 tahun yang lalu hingga masih terjaga sampai saat ini.
Orang Bali tidak bisa lepas dari Berkesian karena Berkesenian adalah bagian dari Yadnya
Mari kita pertahankan nggih
Jukut kangkung misi sambel sera
Kirang langkung titiang nunas gengrena sinempura
( Sholihul)