Centralinformationasean.com, Jejak Sejarah, Suku Kantu’ atau Dayak Kantuk merupakan salah satu sub suku dari grup rumpun Ibanic yang tersebar luas di Kab. Kapuas Hulu-Kalbar.
Suku ini juga bisa ditemukan tersebar di daerah Sintang dan sekitarnya. Karena serumpun, suku Kantu’ berbagi bahasa yang sama dengan suku Iban sama halnya dengan Dayak Seberuang, Mualang, Bugau, Sebaru’ dan lainnya.
Dayak Kantuk dipercayai bahwa asal-muasal keberadaannya adalah di daerah Tampun Juah, sebuah wilayah yang terletak di daerah hilir Sungai Sekayam dan dekat dengan daerah Segumon.
Zaman dahulu Dayak Kantuk ini yang masih bagian dari grup Rumpun Ibanic yang telah kehilangan arah dan berpecah kepada banyak suku dan puak tersendiri. Pepecahan ini juga telah menimbulkan permusuhan dan peperangan sesama etnik selama beberapa generasi dan zaman dahulu hingga tercatat dalam catatan sejarah bangsa Eropa.
Dayak Kantuk merupakan subsuku dari Ibanic grup yang pada masa lalu adalah berasal dari bangsa yang sama (Iban) yang akhirnya menjadi musuh tradisi kepada suku-suku Iban di wilayah Sarawak sejak beberapa zaman.
Dayak Kantuk tinggal dan menetap sehari-hari di Rumah Panjang atau yang sekarang lazim disebut Rumah Betang. Kebudayaan menenun juga terdapat pula pada suku ini yang umumnya dilakukan oleh kaum perempuannya.
Sebelum adanya perjanjian Tumbang Anoi di tanah Borneo, orang Kantuk dan Iban, yang masih satu Rumpun sering terlibat “Pengayauan”. Tragedi Empanang Deras (Mpanang Deraeh ) pada akhir abad 18 merupakan cerita lama, yang diyakini “Berakhirnya Pengayuan” antara kedua suku tersebut.
Kepercayaan leluhur Dayak Kantuk banyak dipengaruhi Agama “Hindu Khaharingan”, namun kini sudah ditinggalkan karena sebagian besar sudah memeluk agama Nasrani.
Sedangkan yang beragama Islam telah melepaskan identitas kedayakannya dan menamakan dirinya Melayu atau Senganan.
Untuk kuliner, Dayak Kantuk telah mewariskan kuliner nusantara yang beragam mulai dari Nasei’ Ruaeh (lemang), Pansouh, Jukut, Kukup, Tempoyak, hingga Aei’ Bram.
( Sholihul)