Centralinformationasean.com,28/11/2024) Iptek, Transfer ilmu bercocok tanam dari para Transmigran Jawa yang meningkatkan kualitas dan taraf hidup masyarakat asli papua di pelosok Merauke.
Transmigran Jawa ditempatkan di wilayah pelosok merauke pada tahun 1994, hampir berdekatan dgn perbatasan negara Papua nugini.
Wilayah trans Jawa berada di area kampung asiki distrik jair, kampung mbias distrik tanah miring, kampung wombon distrik waropko & distrik kombut.
Sebelumnya warga asli papua di wilayah tersebut hanya mengandalkan hasil alam untuk suplai makanan mereka. Seperti pisang, ketela, sagu, dan ikan mujair yang mereka peroleh dari alam.
Bila stok alam menipis, mereka terpaksa mencari di tempat lain jauh ke pelosok hutan, tak jarang harus menahan lapar utk mencari stok makanan di alam sehingga banyak terjadi kasus kelaparan.
Setelah masuknya para transmigran Jawa, terjadi transfer ilmu dlm bidang bercocok tanam (bersawah dan berkebun). Mereka diajarkan cara berkebun organik & membuka lahan persawahan.
Sebelumnya orang asli papua di wilayah tersebut dalam mengolah makanan hanya mengenal cara merebus dan membakar. Jadi makanan mereka semua memiliki rasa hambar.
Setelah benturan budaya dgn para trans Jawa, mereka diberikan ilmu cara mengolah bumbu-bumbu dari cabai, bawang, garam dll.
Ikan mujair sangat melimpah di sungai Sungai dan rawa rawa wilayah tersebut.
Orang asli Papua menjual hasil buruan mereka setiap hari pasar yang ada pada hari rabu dan sabtu. Warga Papua nugini pun juga hadir di hari pasar tersebut.
Kadang bila penjualan ikan mujair lesu (banyak sisa) mereka membuangnya begitu saja,ikan tdk akan bertahan lama krn membusuk. Tetapi para transmigran Jawa memberikan mereka ilmu cara penggaraman ikan mujair hingga menjadi ikan asin.
Jadi tak perlu dibuang & masih memiliki nilai jual serta tahan lama.
Kini kualitas taraf hidup dan ekonomi masyarakat papua di wilayah tersebut sangat mencukupi. Dalam laporan Kemendes PDTT, wilayah tersebut surplus beras hingga di ekspor ke luar.
( Sholihul)