TNI AD Dalam Keadaan Koma, tak Berkutik Menghadapi Dewan Revolusi .

banner 120x600
banner 468x60

Centralinformationasean.com, Sejarah, Sebagai mantan Panglima TT IV/Diponegoro yang menonjol, pada akhir tahun 1961 Brigjen TNI Soeharto yang sedang dalam persiapan promosi jabatan untuk menjabat sebagai Deputi KSAD Wil. Indonesia Timur dan kemudian menjadi Panglima Mandala, mendapat kehormatan untuk menyampaikan kata sambutannya dalam memperingati 11 Tahun Corps Divisi (kini Kodam) Diponegoro.

Waktu menyusun kata sambutannya di tahun 1961, Pak Harto masih berpangkat brigjen. Barulah di awal tahun 1962 pangkatnya naik menjadi mayjen.
Ketika Buku Kenangan 11 Tahun Corps Diponegoro terbit, sambutan tertulis Pak Harto masih mencantumkan pangkat brigjen.

banner 325x300

Namun dalam buku ini terlambat terbitnya dan baru terbit di awal tahun 1962 saat pangkat Pak Harto sudah naik menjadi mayjen.

Buku itu akhirnya naik cetak di awal tahun 1962 sehingga menggambarkan suasana saat Pak Harto sudah akan dilantik menjadi Deputi Wilayah Indonesia Timur berpangkat mayjen dan berkedudukan di Makassar.

jabatannya sebagai Panglima Mandala yang artinya sudah berpangkat mayjen.
Buku ini juga memuat sambutan dari beberapa tokoh Diponegoro yaitu Kol. Inf.

Pranoto Reksosamodra (pengganti Pak Harto sebagai panglima Diponegoro, kelak mayjen) dan Pangdam Diponegoro saat itu Brigjen TNI M. Sarbini (kelak jenderal purn).

Lantas bagaimana ini disebut masalah internal TNI-AD?,

Tantangan Persoalan Internal Angkatan Darat saat itu;
1. Mobil dan truk-truk yang digunakan menculik para jenderal, adalah milik Angkatan Udara
2. TKP ada di Lubang Buaya masih wilayah TNI AU
3. PGT TNI AU ikut dalam regu penculikan para jenderal (PGT=Pasukan Gerak Tjepat)
4. PPP TNI AU menjadi pasukan pringgondani G30S ( PPP = Pasukan Pengamanan Pangkalan)
5. Menpangau memfasilitasi Aidit dengan pesawat Dakota untuk lari ke Yogyakarta, Menpangau juga yang memfasilitasi Brigjen Suparjo dengan helikopter VIP TNI AU ketika Brigjen Suparjo dalam perjalanan dari Istana Negara ke Halim dalam rangka laporan ke Sukarno mengenai operasi G30S
6. Selama operasi G30 S, Aidit berada di Halim tepatnya dirumah perwira TNI AU bernama Suwardi
7. Cakrabirawa sendiri bukan representasi TNI AD, karena di Cakrabirawa anggotanya terdiri dari 4 matra ( laut, darat, udara, polisi)
8. Saat mau menghadap Sukarno, Suparjo ditemani Asisten Intelijen TNI AU bernama Heru Atmojo
9. Semua bivak dan tenda-tenda di TKP Lubang Buaya, saat penyiksaan para jenderal, juga milik TNI AU
10. TNI AU memfasilitasi senapan Tjung untuk para Pemuda Rakyat, diambil dari gudang senjata TNI AU di Mampang
11. Omar Dhani dijanjikan menjadi Perdana Menteri pasca Sukarno kalau mendukung G30S ( Mahmilub Heru Atmojo)
12. TNI AU menyiarkan lewat RRI yang isinya mendukung G30 S tanggal 1 Oktober 65 jam 9 pagi.
13. Senko 1 bertempat di gedung penas , juga ada dikekuasaan TNI AU ,walaupun status PENAS adalah “Perusahaan Negara”
14. Dewan Revolusi mendemisionerkan kabinet DWIKORA yang ngga ada hubungannya dengan TNI AD.

( Sholihul)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *